TARGET ORGAN : PARU-PARU
1.
Silika Bebas (SiO2)
a)
Sifat bahan:
luas permukaan dan
volume porinya yang besar, dan kemampuan untuk menyerap berbagai
zat seperti air, oli serta bahan radioaktif. Pada umumnya silika
bisa bersifat hidrofobik ataupun hidrofilik sesuai dengan struktur
dan morfologinya. (Bagus dan Budi, 2006).
b)
Cara masuk dan distribusi
Partikel-partikel
silika yang berukuran 0.5-5 µm akan tertahan di alveolus. Partikel ini kemudian
di telan oleh sel darah putih yang khusus. Banyak dari partikel ini dibuang
bersama sputum sedangkan yang lain masuk ke dalam aliran limfatik paru-paru,
kemudian mereka ke kelenjar limfatik. Pada kelenjar, sel darah putih itu
kemudia berintregasi, meninggalkan partikel silika yang akan menyebabkan
damapak yang lebih luas. Kelenjar itu menstimulasi pembentukan bundel-bundel
nodular dari jaringan parut dengan ukuran mikroskopik, semakin lama semakin
banyak pula nodul yang terbentuk, mereka kemudian bergabung menjadi nodul yang
lebih besar yang kemudian akan merusak jarul normal cairan limfatik melalui
kelenjar limfe. Ketika ini terjadi, jalan lintasan yang lebih jauh dari sel yang
telah tercemar oleh silika akan masuk ke jaringan limfe paru-paru. Sekarang, foci baru
di dalam pembuluh limfatik bertindak sebagai gudang untuk sel-sel yang telah
tercemar oleh debu, dan parut nodular terbentuk terbentuk pada lokasi ini juga.
Kemudian, nodul- nodul ini akan semakin menyebar dalam paru-paru. Gabungan
dari nodul-nodul itu kemudian secara berangsur-angsur menghasilkan bentuk yang
mirip dengan masa besar tumor. Sepertinya, silika juga menyebabkan menyempitnya
saluran bronchial yang merupakan sebab utama dari
dyspnoea.
c)
Eksresi:
Banyak dari
partikel ini dibuang bersama sputum
d)
Efek toksik:
1.
Simple
Silikosis : Dimana penderita mulai mengeluh sesak ketika bekerja yang mula-mula
ringan kemudian menjadi berat. Juga mungkin ditemui adanya batuk kering.
2.
Silikosis
Sedang : Sesak dan batuk makin menjadi
dan faal paru jelas mulai terganggu. Pada pemeriksaan dapat terdengar
suara nafas bronchial yang kadang-kadang disertai bronki basah.
3.
Silikosis
Berat : Kelainan paru makin menghebat dan terjadi cor pulmonale.
e)
Industri yang menggunakan :
Industri
yang menghasilkan batu-batu untuk bangunan, pabrik semen, perusahaan keramik,
tambang timah putih, tambang besi, tambang batu bara, perusahaan granit, pabrik
besi dan baja.
2.
Asbes
a)
Sifat bahan:
Serat asbes
bersifat tahan panas dapat mencapai 800oC. Selain itu asbes relatif sukar larut, daya regang tinggi dan tahan asam
(hanya amfibol). Asbes dapat menjadi kering atau rapuh bila keberadaannya
digangggu (misal: perbaikan penyekat pipa) atau oleh karena termakan usia. Sekali
terdapat di udara, serat asbes akan menetap dalam jangka
waktu yang panjang dan kemudian terhirup oleh manusia yang berada di lingkungan tersebut.
b)
Cara masuk dan distribusi
Mekanisme
kerja asbes dalam saluran pernapasan : Serat-serat dengan diameter kurang dari 3 milimikron yang terinhalasi akan menembus saluran napas dan tertahan dalam paru-paru. Sebagian besar serat yang masuk ke paru-paru dibersihkan dari saluran napas melalui ludah dan sputum. Sedangkan dari serat-serat yang tertahan dalam saluran napas bawah dan alveoli, sebagian serat pendek akan difagosit oleh makrofag dan dibawa ke kelenjar limfe, limpa, dan jaringan lain. Sebagian serat yang menetap pada saluran napas kecil dan alveoli (khususnya amfibol) akan dilapisi oleh kompleks besi-protein dan menjadi badan-badan asbes atau badan feruginosa. Diduga krisolit menghilang dari tubuh secara bertahap, tetapi bukti tentang hal ini hanya sedikit
sekali. Setelah pajanan
yang lama atau berat, retensi serat-serat
asbes cukup besar. Secara perlahanlahan akan timbul fibrosis paru interstisial difus dan progresif, dengan lesi-lesi linier individual lambat laun menyatu. Fibrosis pleura ringan sampai berat seringkali ditemukan, dan kadangkala tampak plakplak pleura hialin atau kalsifikasi, yang tidak harus berkaitan dengan asbes
c)
Ekresi:
Sebagian besar serat
yang masuk ke paru-paru dibersihkan dari saluran napas
melalui ludah dan sputum.
d)
Efek toksik:
Sesak nafas
ketika melakukan aktifitas yang sering kali diikuti dengan batuk kering. Sesak
nafas kemudian terus bertambah batuk berdahak, penuruan berat badan, dan
penderita biasanya menjadi rentan sekali terhadap kemungkinan infeksi paru
secara berulang.
e)
Industri yang menggunakan:
Pembuat kabel
listrik, cat, dan kendaraan bermotor sampai pada atap rumah, pabrik kertas,
pabrik tekstil dan semen.
3.
Debu kapas
a)
Sifat bahan
debu kapas termasuk debu organik yang mengandung unsur karbon yang bersifat
sebagai fibrosis pada paru. Selain itu, debu kapas tergolong sebagai suspended
particulate matter yang berada di udara dan tidak mudah mengendap
(faisal,1997). Beberapa ukuran debu kapas antara lain :
1.
Ukuran 5-10 mikron : ditahan di saluran nafas
bagian atas
2.
Ukuran 3-5 mikron : ditahan di saluran nafas
bagian tengah
3.
Ukuran 1-3 mikron : mengendap pada alveoli
4.
Ukuran 0,1-1 mikron : tidak mudan mengendap
hingga di permukaan alveoli
5.
Ukuran < 0,1 mikron : tidak hinggap di
permukaan alveoli dan selaput lendir karena adanya gerak brown (dapat keluar
masuk permukaan alveoli).
b)
Cara masuk dan distribusi:
Debu Kapas
dapat memasuki tubuh manusia melalui sistem pencernaan, sistem pernapasan, atau
- pada saat cedera serius atau pembedahan - menemukan jalan langsung ke salah
satu rongga tubuh.
c)
Eksresi
Debu kapas diekskresikan melalui sputum dan ludah ketika batuk, ada juga
sebagian yang mengikuti peradaran darah.
d)
Efek toksik:
Keluhan atau
rasa sempit di dada dan keluhan sesak nafas pada hari pertama kembali masuk
kerja setelah libur akhir pekan.
e)
Industri yang menggunakan:
Pabrik tekstil,
4.
Debu Batubara
a)
Sifat bahan:
Ø
Data Fisik
Sifat fisik dari debu batubara bervariasi
tergantung pada jenis batubara tertentu.
1.
Berat molekul: Bervariasi.
2.
Titik didih: Bervariasi.
3.
Gravitasi spesifik: Bervariasi.
4.
Kepadatan uap: Tidak dipakai.
5.
Lebur / titik beku: Bervariasi.
6.
Tekanan uap: Tidak dipakai.
7.
Kelarutan: Bervariasi.
8.
Tingkat Penguapan: Tidak ditentukan.
Ø Reaktivitas
1.
Kondisi berkontribusi ketidakstabilan: Panas,
percikan, api terbuka, atau sumber penyulut lainnya.
2.
Pertentangan: Tidak ada dilaporkan.
3.
Risiko dari pembusukan produk: Tidak ada
dilaporkan.
4.
Tindakan pencegahan khusus: Tidak ada dilaporkan.
Ø Mudah terbakar
The National
Fire Protection Association belum memberikan peringkat mudah terbakar menjadi
debu batubara. Sumber lain tingkat debu batubara sebagai bahaya kebakaran dan
mempertimbangkan debu udara suatu bahaya ledakan bila zat ini terkena panas
atau api terbuka.
1.
Titik nyala: Data tidak tersedia.
2.
Suhu Autoignition:> 601 derajat C (> 1114
derajat F)-awan;> 200 derajat C (> 392 derajat F)-lapisan
3.
Batas mudah terbakar di udara:> 0,05 oz. /
ft (3)
4.
Extinguishant: Untuk kebakaran kecil
menggunakan bahan kimia kering, pasir, tanah, semprotan air, atau busa biasa.
Gunakan semprotan air, kabut, atau busa reguler untuk memerangi kebakaran besar
yang melibatkan debu batu bara.
b)
Cara masuk dan distribusi
Debu-debu batu
bara yang bisa berterbangan hingga radius 40 kilo meter. Debu batubara umumnya masuk ke tubuh manusia
melalui jalan pernafasan(inhalasi). Selain itu, debu batubara juga mampu
mengendap di tanah,makanan, maupun sumber air minum bahkan bisa terserap
melalui pori-pori tubuh.
c)
Eksresi
Berdasarkan dari cara masuknya ke dalam paru-paru, debu batubara
diekskresikan melalui jalur nafas berupa ludah dan sputum, melalui keringat,
dan melalui urin.
d)
Efek toksik:
Sesak nafas,
lebih jelas dari pada silikosis, jelas tanda bronchitis kronik istilah yang
dipakai pada penderita antracosis miners phsytis, kalau disertai batuk terlihat
dahak hitam atau disebut melano phsytis, berangsur-angsur cyanosis bertambah
jelas akibatnya terlihat clabbing fingers yaitu dada menjadi bundar dan ujung-ujung
jarinya membesar.
e)
Industri yang menggunakan:
Tambang arang
batu.
5.
Debu Berrilium
a)
Sifat bahan:
ringan, mudah pecah, mudah ditembus sinar-X, tahan terhadap oksidasi di
udara, titik lebur tinggi yaitu 12870 C, sangat kuat, dan bisa
menjadi konduktor listrik yg baik.
b)
Cara masuk dan distribusi
Manusia bisa terpapar Berilium terutama
melalui inhalasi asap atau debu Berilium. Paparan Berilium lewat inhalasi akan
di absorpsi secara lambat dan Berilium akan terakumulasi di paru-paru, Berilium
disimpan dalam paru-paru sebesar 67%,serta didalam tulang sebesar 15%.
c)
Eksresi:
inhalasi Berilium menunjukkan bahwa ekskresi
terjadi terutama lewat ginjal dengtan waktu paruh 2-8 minggu. Dengan demikian
kadar urin Berilium mampu menunjukkan jumlah berilium yang dieliminasi dan
tidak menggambarkan total kadar Be dalam tubuh (Klaaassen et al., 1986;
Daurherty,2005; Widowati 2008).
d)
Efek toksik:
Pada reaksi
akut sebagai kelainan kulit, conjunctiva dan selaput lendir jalan kapas, demam,
batuk banyak dahak, sakit di belakang tulang dada, nadi cepat dan kapasitas
vital paru-paru sangat menurun, keluhan rasa capek dan lemas, reaksi kronis
dyspnoe, cyanosis dan clabbing finger.
e)
Industri yang menggunakan:
Perusahaan yang membuat aliasi
berilium tembaga, pada pembuatan tabung radio, pembuatan tabung fluorescent,
penggunaannya sebagai sumber tenaga atom.
REFERENSI :
6. http://oposisinews.wordpress.com/2010/07/04/pltu-kanci-mengancam-manusia-dan-ekosistem/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar