Halaman

selamat datang teman-teman

makasih atas kunjungannya .....

Minggu, 06 Februari 2011

perilaku organisasi

1. PENGERTIAN TENTANG PERILAKU ORGANISASI
a. Bidang studi yang mempelajari dampak perorangan, kelompok, dan struktur pada perilaku dalam organisasi dengan tujuan mengaplikasikan pengetahuan semacam itu untuk memperbaiki efektivitas organisasi. (Robbins)
b. The field of study that draws on theory, methods, and principles from various disciplines to learn about individuals perceptions, values, learning capacities and actions while working in groups and within the organization and to analyze the external environment’s effect on the organization and its human resources, missions, objectives and startegies. (Ivancevich et all)
c. Perilaku Organisasi adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari bagaimana seharusnya perilaku tingkat individu, tingkat kelompok, serta dampaknya terhadap kinerja (baik kinerja individual, kelompok, maupun organisasi).
d. Perilaku organisasi juga dikenal sebagai Studi tentang organisasi. Studi ini adalah sebuah bidang telaah akademik khusus yang mempelajari organisasi, dengan memanfaatkan metode-metode dari ekonomi, sosiologi, ilmu politik, antropologi dan psikologi. Disiplin-disiplin lain yang terkait dengan studi ini adalah studi tentang sumber daya manusia dan psikologi industri serta perilaku organisasi.
Perilaku organisasi adalah suatu studi yang menyangkut aspek- aspek tingkah laku manusia dalam organisasi atau suatu kelompok tertentu. Aspek pertama meliputi pengaruh organisasi terhadap manusia, sedang aspek kedua pengaruh manusia terhadap organisasi. Pengertian ini sesuai dengan rumusanKelly dalam bukunya Organizational Behavior yang menjelaskan bahwa perilaku organisasi di dalamnya terdapat interaksi dan hubungan antara organisasi di satu pihak dan perilaku individu di lain pihak. Kesemuanya ini memiliki tujuan praktis yaitu untuk mengarahkan perilaku manusia itu kepada upaya-upaya pencapaian tujuan.

2. BEBERAPA MODEL DALAM PERILAKU ORGANISASI
AUTOKRATIS KUSTODIAL SUPORTIF KOLEGIAL
Dasar Model Kekuasaan Sumberdaya ekonomi Kepemimpinan Kemitraan
Orientasi Manajemen Wewenang Uang Dukungan Kerja tim
Orientasi Pegawai Kepatuhan Rasa aman & maslahat Prestasi kerja Tanggung Jawab
Dampak Psikologis Bagi pegawai Bergantung
pada bos Bergantung pada organisasi Keikutsertaan Disiplin diri
Kebutuhan pegawai Nafkah Rasa aman Status dan pengakuan Perwujudan diri
Hasil prestasi minimum Kerja sama penyadaran antusiasme

3. PERILAKU ORGANISASI DALAM KONTEKS GLOBAL:
Sudah sama-sama kita ketahui bahwa dalam perdagangan interrtasional, dunia kita ini sudah menjadi sebuah "Desa Global" atau dunia yang tanpa batas-batas negara (the borderless world). Kecanggihan transportasi dan komunikasi seperti jet supersonic, telepon yang dipancarkan lewat satelit mempermudah negosiasi atau kunjungan ke partner bisnis di benua lain, yang tak mungkin bisa dilaksanakan beberapa dekade lalu. Dengan adanya desa global seperti itu, menetapkan perusahaan-perusahaan dari negara asal dengan produk-produknya menjadi lebih sulit. Umpamanya, Honda itu sebetulnya sebuah perusahaan Jepang, tetapi memproduksi Accord-nya di Ohio USA. Beberapa konglomerat Amerika seperti Exxon, Coca-cola, dan IBM lebih separuh pendapatannya diperoleh dari organisasi di luar Amerika. Sebaliknya, sebagian besar aset dan permodalan beberapa konglomerat Amerika seperti CBS Record, General Tire dan Pillsbury dimilik oleh pihak asing (Robbins, 1993). Sudah tiba saatnya, para manajer Indonesia, baik manajer perusahaan maupun manajer rumah sakit, mempelajari dan memahami perilaku para manajer dan kultur manajerial perusahaan-perusahaan multinasional negara-negara maju, baik yang telah beroperasi di Indonesia maupun yang akan mencari mitra kerja sama di sini. Mereka haras mengerti kultur kita dan kitapun harus mengerti kultur mereka, sehingga saling pengertian dan kerjasama yang lebih baik.

4. DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDU
Dalam ilmu management, seorang manager harus mengetahui perilaku individu. Dimana setiap individu ini tentu saja memiliki karakteristik individu yang menentukan terhadap perilaku individu. Yang pada akhirnya menghasilkan sebuah motivasi individu
Perilaku Individu dalam organisasi antara lain :
a. Produktifitas kerja
b. Kepuasan kerja
c. Tingkat absensi
d. Tingkat turnover
Suatu pemahaman tentang perilaku individu bermula dari kajian mengenai kontribusi utama psikologis terhadap perilaku organisasi (OB). Kontribusi ini dibagi dalam lima konsep berikut : kemampuan, sikap, keperibadian, persepsi, dan pembelajaran.
1. Kemampuan
yaitu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan.
• kemampuan intelektual. merupakan kemampuan yang diperlukan untuk mengerjakan kegiatan mental. misalnya : berpikir,menganalisis, memahami. yang mana dapat diukur dalam berbrntuk tes (tes IQ). Dan setiap orang punya kemampuan yang berbeda.
• kemampuan fisik. merupakan kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas yang menuntut stamina, kecekatan dan kekuatan.
2. Kepribadian
merupakan cara individu bereaksi dan berinteraksi dengan orang lain. kepribadian terbentuk dari faktor keturunan, juga lingkungan (budaya, norma keluarga dan pengaruh lainnya), dan juga situasi.
ciri dari kepribadian adalah :
merupakan karakteristik yang bertahan, yang membedakan perilaku seorang individu, seperti sifat malu, agresif, mengalah, malas, ambisius, setia.
3. Proses belajar (pembelajaran)
adalah bagaimana kita dapat menjelaskan dan meramalkan perilaku, dan pahami bagaimana orang belajar. belajar adalah : setiap perubahan yang relatif permanen dari perilaku yang terjadi sebagai hasil pengalaman.
• belajar melibatkan perubahan (baik ataupun buruk)
• perubahan harus relatif permanen
• belajar berlangsung jika ada perubahan tindakan / perilaku
• beberapa bentuk pengalaman diperlukan untuk belajar. pengalaman dapat diperoleh lewat pengamatan langsung atau tidak langsung (membaca) atau lewat praktek.
4. Persepsi
merupakan suatu proses dengan mana individu-individu mengorganisasikan dan menafsirkan kesan-kesan indera mereka agar memberikan makna bagi lingkungannya.
distorsi persepsi (penyimpangan persepsi) :
• persepsi selektif, orang-orang yang secara selektif menafsirkan apa yang mereka saksikan berdasarkan kepentingan, latar belakang, pengalaman, dan sikap.
• efek halo, menarik suatu kesan umum mengenai individu berdasarkan suatu karakteristik tunggal (kesan pertama)
• efek kontras, evaluasi dari karakteristik seseorang yang dipengaruhi oleh perbandingan dengan orang lain yang baru dijumpai, yang berperingkat lebih tinggi atau lebih rendah pada karakteristik yang sama.
• proyeksi, menghubungkan karakteristik pribadinya terhadap karakteristik pribadi orang lain.
• stereotype, menilai seseorang atas dasar persepsi kita terhadap kelompok dari orang tersebut (menggeneralisasikan).
5. Sikap
adalah pernyataan atau pertimbangan evaluatif (menguntungkan atau tidak menguntungkan) mengenai objek, orang dan peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan mengenai sesuatu. Dalam perilaku organisasi,pemahaman atas sikap penting, karena sikap mempengaruhi perilaku kerja.
komponen sikap :
• kognitif, segmen pendapat atau keyakinan dari suatu sikap
• afektif, segmen emosional dari suatu sikap
• perilaku,suatu maksud untuk perilaku dalam suatu cara tertentu terhadap seseorang atau sesuatu.

5. PERSEPSI DALAM PERILAKU ORGANISASI
Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterpretasikan kesan sensori untuk memberi arti pada lingkungan individu yang berbeda dapat melihat hal yang sama tetapi memahaminya secara berbeda.
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi:
1. Orang yang mempersepsikannya
karakteristik pribadi yang mempengaruhi persepsi: sikap, kepribadian, motif, kepentingan, pengalaman masa lalu, harapan
• Kebutuhan (Needs)
• Pengalaman (Experience)
• Norma-norma (Values)
• Sikap (Attitudes)
• Kepribadian (Personality)
2. Objek atau sasaran yang dipersepsikan
• Penampakan ( Appearance):
• Perilaku (Behavior)
3. Konteks dimana persepsi dibuat
• Physical Setting (Illusi)
• Cultural & Social Setting
- Norms
- Taboos
• Organizational Settina
- Power distance
- Empowerment

6. NILAI, SIKAP DAN PERILAKU ORGANISASI
1. Nilai
Nilai merupakan keinginan atau harapan akhir dari berbagai keadaan atau kondisi, bahwa salah satu akan muncul yang diharapkan daripada yang lain. Nilai-nilai merupakan dasar dari pandangan individu mengenai sesuatu (dunia), apakah pandangan itu benar atau salah sesuai dengan yang telah menyatu/tertanam dalam konsep dirinya. Dengan demikian nilai yang telah tertanam dalam konsep diri individu digunakan sebagai panduan untuk membandingkan, menilai, memutuskan, dan melakukan tindakan. Nilai-nilai berhubungan erat dengan sikap, dan bahkan mendasari dan memberikan tema tertentu bagi sikap seseorang terhadap objek sikap.
2. Sikap
Sikap merupakan pengendalian perasaan individu, pikiran, dan predisposisi untuk bertindak terhadap beberapa aspek dari lingkungan. Dengan demikian sikap merupakan factor yang menentukan perilaku, karena sikap itu berhubungan dengan persepsi, kepribadian, belajar dan motivasi.
Sikap adalah kesiap-siagaan mental, yang diorganisasi lewat pengalaman, yang mempunyai pengaruh tertentu kepada tanggapan seseorang terhadap orang, objek dan situasi yang berhubungan dengannya.
Komponen sikap
1. Kognitif. Berhubungan dengan pikiran, kepercayaan, ide dan konsep-konsep
2. Afektif. Behubungan dengan kehidupan emosional seseorang
3. Konatif. Berhubungan dengan kecenderungan untuk berperilaku. Sikap dapat dianggap sebagai dasar dari cara berpikir, merasakan dan bertindak.

Fungsi sikap
a. Adjustive or utilitarian attitudes
Memiliki arti untuk mendapatkan objek yang diinginkan atau berarti menjauhi konsekuensi yang tidak diinginkan.
Sikap ini tergantung pada persepsi mengenai objek sikap, (orang, sesuatu, atau situasi) yang bermanfaat untuk mencapai tujuan yang diharapkan atau yang disukai.
b. Ego-devensive attitudes
Membantu individu untuk menghindari pribadi yang tidak adekuat atau situasi berbahaya yang ada di sekitarnya.
Perilaku defensive ini memungkinkan individu menghindar atau lari dari kehadirannya pada situasi yang mengancam atau memutarbalikkan realitas melalui rasionalisasi, proyeksi, dan pengalihan.
c. Value-expressive attitudes
Membantu ekspresi yang positif dan nyata bagi nilai-nilai dan konsep diri individu. Setiap individu akan mengadopsi dan menginternalisasikan nilai-nilai dari suatu kelompok dan ini merupakan suatu kenyataan.
d. Knowledge-expressive attitudes
Merupakan tolok ukur dan standar untuk mengerti mengenai kejadian dan pengalaman-pengalaman yang terstruktur. Sikap demikian akan membentuk pengertian mengenai mengapa pengamatan itu penting. Stereotipe yang dikembangkan akan membentuk individu menjadi lebih konsisten, akan tetapi menjadi kurang realistis, dan ini merupakan gambaran dari kelompok etnik dan pekerjaan.

7. KONSEP MOTIFASI DALAM PERILAKU ORGANISASI
Motivasi adalah kondisi psikologis yang menimbulkan, mengarahkan, dan mempertahankan tingkah laku tertentu (Pitrinch & Schunk, dalam Sukadji & Singgih-Salim, 2001). Winkel (1996) menyatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arahan pada kegiatan belajar itu demi mencapai tujuan. Motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar dan mempengaruhi arah aktivitas yang dipilih serta intensitas keterlibatan seseorang dalam suatu aktivitas. Jenis-jenis Motivasi McClelland (dalam Sukadji dan Singgih-Salim, 2001) mengemukakan bahwa manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya dipengaruhi oleh motif. Ada 3 kelompok motif yang dikemukakan olehnya, yaitu :
a. Motif untuk berhubungan dengan orang lain (Affiliation Motive)
Adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang untuk berhubungan dengan orang lain. Yang menjadi tujuan adalah suasana akrab dan harmonis. Ciri-ciri orang dengan motif afiliasi tinggi adalah : senang berada di dalam suasana akrab, risau bila harus berpisah dengan sahabat, berusaha diterima kelompok, dalam bekerja atau belajar melihat dengan siapa ia bekerja atau belajar.
b. Motif untuk berkuasa (Power Motive) Motif yang menyebabkan sieseorang ingin menguasai atau mendominasi orang lain dalam berhubungan dengan orang lain dan cenderung bertingkah laku otoriter.
c. Motif untuk berprestasi Adalah motif yang mendorong seseorang untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu ukuran keunggulan, baik yang berasal dari standar prestasinya sendiri di waktu lalu atau prestasi orang lain. Yang terpenting adalah bagaimana caranya ia dapat mencapai suatu prestasi tertentu. Ciri-ciri orang dengan motif berprestasi tinggi adalah :
- Selalu berusaha, tidak mudah menyerah
- Menentukan sendiri standar prestasi
- Secara umum tidak menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas rutin tetapi biasanya menampilkan hasil yang lebih baik pada tugas yang memiliki arti bagi mereka
- Tidak didorong oleh hadiah dalam melakukan sesuatu
- Cenderung mengambil resiko bertaraf sedang dan diperhitungkan
- Mencoba endapat umpan balik dari tindakannya
- Mencermati lingkungan dan mencari kesempatan
- Bergaul lebih untuk memperoleh pengalaman
- Menyenangi situasi menantang, dimana mereka dapat memanfaatkan kemampuannya.
- Cenderung mencari cara unik untuk menyelesaikan masalah
- Kreatif
- Dalam belajar seakan-akan dikejar-kejar waktu.
Tokoh lain membagi motivasi menurut sumbernya, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Siswa dengan motivasi intrinsik mampu bersedia untuk belajar walaupun tidak ada insentif atau hadiah. Contoh: siswa yang menyukai mata pelajaran tertentu akan menganggap mata pelajaran itu merupakan motivasi mereka untuk belajar. Mereka hanya membutuhkan sedikit dorongan atau hadiah untuk belajar hal-hal yang penting agar memiliki pengetahuan yang banyak. Mereka juga akan bekerja keras untuk dapat menyelesaikan tugas-tugasnya. Sedangkan siswa dengan motivasi ekstrinsik akan membutuhkan adanya pemberian pujian atau pemberian nilai sebagai hadiah atas prestasi yang diraihnya (Djiwandono, 2002).
Dalam proses belajar, motivasi sangat diperlukan sebab seseorang yang tidak memiliki motivasi tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Seseorang yang tidak mempunyai keinginan untuk belajar, dorongan dari luar dirinya merupakan motivasi ekstrinsik yang diharapkan. Oleh karena itu, motivasi ekstrinsik diperlukan bila motivasi intrinsik tidak ada dalam diri seseorang sebagai pelajar.
http://khup.com/view/4_keyword-konsep-dasar-prilaku-manusia/perilaku-organisasi-dalam-konteks-global.htm
http://www.blogtopsites.com/outpost/96b8f63dda1c5a55e4ef2e0fe0e1739b
http://www.scribd.com/doc/6946361/perilaku-organisasi
http://www.slideshare.net/LelywatiIdham/perilaku-organisasi